Pariwisata

Kafe Loda Saung Tilu, Mengais Peruntungan di Kota Pariwisata Super Premium

LABUAN BAJO, JimmyCarvallo.com – Dari desa kecil di Liang Bua, Kecamatan Cibal Barat, Manggarai, sepasang suami istri, Patrianus Ongkor dan Emerensiana Mona memilih hijrah ke Kota Pariwisata Super Premium di Labuan Bajo demi mengejar masa depan yang diharapkan lebih menjanjikan.

Dulu, keduanya bertemu, saling kenal dan berjodoh di Tanah Papua, di Kota Timika, tempat pertambangan emas yang terkenal itu. Sang istri, yang biasa disapa Reni, adalah wanita asal Kupang, Pulau Timor. Mereka kini dikaruniai 3 anak, semua laki-laki. Kevin, anak sulung, sedang duduk di bangku SD kelas IV.

Di pertigaan kompleks Kevikepan Labuan Bajo di Jalan Mgr Van Bekum, Kelurahan Wae Kelambu, mereka merintis Kafe kecil yang diberi nama Loda Saung Tilu. Dalam bahasa setempat bisa diterjemahkan jatuh daun telinga. Awal tahun 2020, mereka mulai dengan warung makan atau kuliner yang menyediakan nasi, lalapan dan olahan makanan lainnya.

Patrianus Ongkor, pengelola Kafe Loda Saung Tilu di Jalan Van Bekum Labuan Bajo berfoto di salah satu sudut ruang kafe.

Dikemudian hari, sejak Bulan Januari 2022, mereka pun merubah kuliner tersebut menjadi kafe yang khusus melayani aneka makanan ringan, terutama aneka gorengan. “Persaingan di level kuliner, untuk makanan sudah mulai terasa di Labuan Bajo beberapa tahun terakhir ini. Apalagi suasana pandemi membatasi aktivitas sosial kumpul-kumpul dalam keramaian, sehingga dampaknya terasa juga di sektor kuliner,” ungkap Patris, pria kelahiran 1983.

Ruang kafe yang memiliki ukuran 5×7 m itu memiliki 4 buah meja yang dihiasi taplak berwarna biru bergambar bunga. Bangku-bangku bercat biru juga berjejer rapih mengelilingi meja. Dindingnya dibangun dari sink dan baja ringan, didesain setengah terbuka sehingga pandangan mata pengunjung pun tidak terhalang bila ingin melihat pemandangan sekitarnya.

Di depan kafe yang menghadap ke arah timur, sebuah etalase berwarna perak, berdiri menghadap jalan raya. Para pejalan jaki atau pengendara dengan mudah bisa melihatnya dari berbagai arah. Dan segera mengenalnya sebagai sebuah kafe yang bisa dikunjungi kapan saja.

Reni (kiri) istri Patris yang sama-sama mengelolah Kafe gorengan, sedang melayani pembeli yang menyinggahi Kafe mereka.

Sejumlah kuliner gorengan seperti tahu isi, pisang goreng, tempe goreng, molen dan bakwan selalu bertumpuk memenuhi 2 susun etalase yang tertutup kaca bening. Pada jam-jam tertentu aroma harum gorengan yang baru diangkat dari wajan terasa harum semerbak terbang kemana-mana.

Selain aneka gorengan yang lezat, juga tersedia menu minuman pelengkap gorengan yang juga tidak kalah cita rasanya, seperti kopi asli Manggarai, teh, dan aneka minuman dingin dengan berbagai jenis rasa, seperti melon, strawbery, mangga, advokat dan lainnya.

“Ini tempat yang bagus untuk nongkrong sambil menikmati suasana santai sehabis bekerja. Suasananya cukup bagus, cukup terbuka karna bangunannya banyak ventilasi, sehingga sirkulasi udara jernih. Letaknya juga bagus, walaupun terlihat agak sederhana tapi sudah baik untuk dijadikan tempat mengisi waktu luang,” tutur Johan Soinbala, 33 tahun, pemuda asal So’e, Timor, salah seorang pengunjung kafe yang menetap di Labuan Bajo.

Patris mengisahkan, usaha cafe yang dimulainya bersama istri tercinta terbilang lumayan untuk menopang kehidupan ekonomi keluarganya. Mereka memilih memutar haluan, dari kuliner menjadi kafe karena disekitar lokasi tersebut merupakan kompleks sekolah dan asrama, termasuk kos-kosan sehingga peluang menjual gorengan lebih menjanjikan.

“Kami memang ada kesulitan, seperti tidak terdata sebagai salah satu penerima bantuan sosial dari pemerintah untuk UMKM. Kami minta perhatian kalau ada dukungan bantuan dari pemerintah dalam hubungan dengan pandemi ini, karena usaha juga tidak setiap saat ramai. Ada pasang surutnya,” kisah Patris.

Para pelajar sekolah di Labuan Bajo sering menyinggahi Kafe Loda Saung Tilu untuk membeli aneka gorengan kesukaan mereka.

Kafe Loda Saung Tilu bergeliat dengan derap kompetisi ekonomi kota Labuan Bajo yang semakin mendunia. Kompetisi yang tidak mudah karena setiap waktu, tahun demi tahun, selalu pasti ada banyak usaha sejenis, bahkan dengan ragam menu dan sajian yang variatif masuk dan menjamur di Labuan Bajo.

Namun, Patris dan Reni optimis, selagi tekun dan giat berusaha, tak ada peluang yang tak bernilai ekonomis. Kerja keras dan pantang menyerah menjadi kunci kesuksesan hidup di sebuah kota yang telah mulai mendunia, dengan Komodo menjadi ikon utamanya. Kafe Loda Saung Tilu, terus bergerak, berderap mengejar masa depan, seiring kota Labuan Bajo terus maju menjadi destinasi pariwisata di wilayah Indonesia tengah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button