
RUTENG – Pada 7 September 2021, Legio Maria akan memasuki usia gemilang, 1 Abad, sejak didirikan pertama kali oleh seorang awam Katolik, Frank Duff bersama 15 wanita lainnya di Irlandia. Sebagai organisasi kerasulan awam, kelompok ini terus berpacu dengan waktu membawa semangat doa dan pelayanan ke tengah dunia dan memperkenalkan Kristus dan BundaNya kepada semua orang melalui pertemuan doa dan karya kasih yang dilakukan rutin tanpa mengenal lelah.
Saat ini di Kuria Bunda Penebus Legio Maria Paroki Kumba terdapat 4 presidium. Di Legio Maria, semua nama kuria dan presidium lazim mengambil nama-nama gelar atau julukan Maria. Sekitar tahun 1960-an Legio Maria sudah ada di Ruteng, namun kegiatannya belum terorganisir baik dan sempat “hilang” untuk waktu yang cukup lama. Saat itu, salah seorang legioner, Redempta yang saat ini menjadi Ketua Kuria Katedral, bersama suster-suster Kongregasi SSpS sempat melakukan kunjungan kerasulan ke beberapa kampung termasuk Nekang.
Baca Juga : Menanti Kebangkitan Pariwisata Bali
Baca Juga : Maria Djelamut, Bahagia Menjadi Katekis
Sejak kedatangan Soecero Becruz, utusan Legio Maria wilayah Asia ke Ruteng pada 13 Januari 1987 yang diterima resmi oleh uskup Ruteng, Mgr. Eduardus Sangsun, SVD, bagai gayung bersambut, Pastor Paroki Santu Mikhael Kumba sekaligus Ketua Komisi Kerohanian Keuskupan Ruteng kala itu, Rm. Zakarias Djehadun, Pr lalu memberi penugasan kepada Rokus Jumpa, seorang katekis alumnus APK St. Paulus Ruteng yang mengampuh mata pelajaran Agama Katolik di STM Bina Kusuma, Carep agar memulai Legio Maria dengan mengikuti semua pedoman yang ada.

Setelah mendapat amanat membentuk Legio Maria di Paroki Kumba, Rokus langsung mengajak Soecoro mendatangi STM Bina Kusuma, mempromosikan organisasi rohani ini secara langsung dihadapan keluarga besar STM dan pada saat itu juga terbentuklah 2 presidium yunior Legio Maria yang banyak diikuti pelajar sekolah STM. Jejak ziarah pun dimulai, sejak Bulan Januari 1987 itulah Legio Maria pertama telah mulai hadir di Paroki Kumba. Di Legio Maria, terdapat 2 kategori keanggotaan, yakni Legio Senior untuk anggota yang telah berumur 18 tahun ke atas atau telah menikah dan Legio Yunior bagi yang berusia di bawah 18 tahun.
Dalam tahun yang sama, April 1987, Rm. Zakarias menghubungi pula Maria Midas dan Hendrik Albon yang bermukim di kelompok Tenda 4, wilayah Paroki Kumba agar bergabung dan ikut membesarkan Legio Maria. Permintaan sang Pastor Paroki mereka sambut dan lakukan dengan gembira penuh semangat. Terbentuklah satu presidium senior di wilayah Tenda yang diberi nama Presidium Ratu Para Rasul. Sampai saat ini, presidium bersejarah itu masih tetap bertahan dan berkembang dengan baik di bawah koordinasi Maria Anita Dahur, yang kesehariannya berprofesi sebagai pendidik di SDI Tenda.
Baca Juga : Menyusuri Jejak Wisata Rohani Gua Maria Golo Curu
Baca Juga : Suara Kasih, Kisah Perjalanan Paduan Suara Paroki Kumba
Di bawah pembimbing rohani Rm. Zakarias Jehadun, Pr sebagai Pastor Paroki Kumba, kepengurusan Legio Maria senior pertama berhasil dibentuk dengan para anggotanya yang diberi kepercayaan seperti, Hendrik Albon sebagai asisten pemimpin rohani, Petronela Juita (istri Hendrik) diberi penugasan sebagai ketua presidium, Hermina Wia menjabat wakil ketua, Maria Midas menjabat sekretaris dan Katarina Angul dipilih menjadi bendahara.

“Tidak ada kesulitan waktu itu, saat kami mulai membentuk presidium baru di Tenda, karena semua satu KBG sehingga mudah kami mengajak dan hampir semua ibu yang ada, ikut di Legio Maria. Awal-awal terbentuk kami berdoa dari rumah ke rumah, saling mengunjungi rumah setiap anggota. Semakin lama setelah makin berkembang di Paroki Kumba dan wilayah kota Ruteng, kami lalu mengambil inisiatif melapor resmi ke Regia di Maumere,” tutur Maria Midas, akrab dipanggil Meri, saat saya menemuinya di Tenda, akhir pekan lalu.
Meri adalah salah satu sosok penting dibalik perjalanan panjang Legio Maria di Paroki Santu Mikael Kumba, Keuskupan Ruteng. Tidak ada sepotong kisah tentang lika-liku kisah para “prajurit” Maria di Paroki Kumba yang ia tidak tahu, semua masih diingatnya dengan baik, dengan catatan-catatan rapih tulisan tangannya sendiri. Di usianya yang ke 67 tahun, ibu dari 4 orang anak dan 8 cucu ini masih tekun melayani umat sebagai seorang legioner di Paroki Kumba. Pertemuan doa yang panjang, kunjungan kepada orang sakit dan menderita, menjadi Ketua Seksi Organisasi Rohani paroki, Ketua Wilayah 1 Tenda, mengurus rumah tangga, suami, anak dan cucu-cucunya semua dilakukan dengan Kasih yang penuh kegembiraan.
Kehadiran wanita yang lahir di Copu, Kecamatan Reo, 26 September 1954 itu selalu membawa semangat bagi orang lain yang dijumpai. Gaya bicaranya tegas dan serius kalau sudah menyangkut soal tugas dan tanggung jawab, namun tetap lembut dalam tutur kata dengan siapa saja; kadang dari obrolannya, muncul begitu saja cerita-cerita lucu yang menghibur hati. “Mama Meri dekat sekali dengan kami para legioner, bersahabat dan selalu memberi kami semangat sebagai legioner. Dia selalu membawa nilai positif dalam organisasi, keibuan dan selalu menghargai, memberi motivasi sesama dan sepenuh hati memajukan Legio Maria,” ucap Suria Jehalu, anggota Presidium Bunda Pengasih, Paroki Kumba.
Baca Juga : Belajar Menerima Keberagaman dari Pater Gusti
Baca Juga : Menulis, Menukik Lebih Dalam
Legio Maria semakin berkembang luas, diminati banyak umat Katolik dan banyak presidium baru mulai bermunculan di paroki-paroki. Pada Bulan November 1989, tim pengurus Regia Legio Maria Maumere, Yohana Laban dan Br. Anton, BHK melakukan kunjungan persaudaraan menjumpai para legioner pengurus, beraudensi di Aula Keuskupan Ruteng. Atas perundingan bersama antar pengurus Legio Maria Katedral, juga beberapa paroki yang hadir, disepakati Kuria pertama dibentuk di Paroki Kumba. Sejak saat itulah Legio Maria secara resmi disahkan berada di Keuskupan Ruteng, karena sistem yang dibangun, setiap Legio Maria harus memiliki hubungan resmi dengan tingkatan-tingkatan yang ada di atasnya.

Rokus Jumpa diberi kepercayaan menahkodai Legio Maria sebagai ketua Kuria pertama di Paroki Kumba, sedangkan Tadeus Yudas dari wilayah Paroki St. Vitalis Cewonikit dan Rosalia Sambang dari Paroki Kristus Raja Mbaumuku diangkat menjadi wakil ketua, Maria Midas sebagai Sekretaris dan bendahara dipercayakan kepada Maria Tala. Saat itu, tim pengunjung atau visitasi ke presidium–presidium yang ada, diketuai oleh Sr. Claudia, OSU, pemimpin Komunitas Tarekat Religius Orsulin di Ruteng.
Seiiring perkembangan yang baik di Paroki Katedral, Legio Maria di Paroki St. Mikael Kumba juga semakin diminati banyak orang, sejak Dewan Paroki memasukan ke dalam program kerja agar organisasi-organisasi rohani yang ada dalam wilayah Paroki melakukan kerja “turun gunung” mensosialisasikan diri ke KBG-KBG agar dikenal luas oleh umat. Setelah di Paroki Kumba, Katedral dan Cewonikit diterima dengan gembira oleh umat, di sejumlah paroki lain dalam Kota Ruteng juga mulai digalakkan Legio Maria secara luas seperti di Paroki Kristus Raja-Mbaumuku, Paroki St. Fransiskus Asisi Karot, Paroki Ekaristi Kudus Ka’ Redong dan di Paroki Golo Dukal.
“Di Keuskupan Ruteng, Legio Maria memang dalam perjalanannya mengalami pasang-surut, ada di paroki tertentu yang sempat melandai atau menurun semangat para legionernya, tetapi dengan kehadiran Almarhum Romo Yosef Tarong sebagai sekretaris Uskup dan Pastor Paroki Cewonikit pada saat itu, perkembangan organisasi-organisasi Marial sangat pesat. Semua kelompok rohani yang ada menjadi hidup dan bersemangat di bawah pengaruh Romo Yosef. GIM, Karismatik, Legio Maria semua berkembang sekali karena dia perhatikan baik,” ujar Meri.
Wanita yang sejak tahun 1987 sampai sekarang masih terus aktif di Dewan Paroki Kumba itu berkisah, tidak mudah memang menyemangati para legioner lain untuk bisa terus bertahan dalam tugas-tugas di Legio Maria. Namun, dengan semangat yang tidak pernah padam, Meri percaya, semuanya tak lepas dari uluran tangan Kasih Santa Perawan Maria yang selalu melindungi dan memberi kemampuan bagi para legioner dalam berkarya membantu Uskup dan pastor paroki di mana mereka berada. Baginya, kunci dalam pelayanan adalah doa dan kerendahan hati, selebihnya Bunda Maria yang berperan dalam keseluruhan karya yang mereka lakukan.
Hari yang paling bersejarah pun datang. Pada 28 Oktober 1993, Komisium Ratu Damai Legio Maria Keuskupan Ruteng terbentuk dan berpusat di Paroki Kumba. Setelah Komisium resmi bekerja dan menyebarluaskan Legio Maria, tercatat, ada dua presidium, yakni Presidium Bintang Kejora di Borong dan Presidium Bintang Timur di Mukun, Manggarai Timur menjadi presidum dengan jumlah anggota aktif paling banyak. Panenan anggota yang begitu melimpah ruah, dilakukan oleh Yuliana Itung, seorang perawat asal Flores Timur yang telah berpulang ke Surga saat ia sedang berlibur ke Lembata di ujung timur Pulau Flores, ketika Legio Maria yang dibentuknya di Borong sedang berkembang luar biasa.

Pada tahun 2005, ketika Rm. Ardus Novery, Pr menjadi Pastor Paroki Kumba, Meri diberi kepercayaan menjadi Ketua Komisium Legio Maria Keuskupan Ruteng yang sebelumnya dipimpin Hendrik Albon. “Kami di Legio Maria ada Buku Pegangan dan semua yang kami lakukan itu sesuai dengan apa yang tertuang dalam buku, tidak bisa kami buat di luar itu,” kata Meri. Ia memimpin Komisium dari tahun 2005 sampai 2012 dibantu wakil Maria Yosefina Rebian dan sebagai sekretaris diangkatnya Lutgardis Jembia, rekan guru yang sama-sama berada di SDI Tenda.
Dihitung sejak berdirinya Presidium Ratu Para Rasul di Paroki Kumba (1987), di mana Legio Maria telah diaktifkan kembali secara organisasi, pada tanggal 20 Agustus 2012, Meri bersama para legioner lain sempat merayakan Pesta Perak, 25 tahun Legio Maria berada di Paroki Kumba dan telah ikut mewarnai perjalanan sejarahnya. Pada tahun itu juga, Komisium resmi berpindah ke Paroki Katedral Ruteng.
Ketika masih menjabat ketua Komisium, tidak kurang dari 800 orang legioner selalu menghadiri reuni tahunan se-keuskupan yang diadakan di Aula Gereja Paroki Kumba. Reuni akbar ini digagas oleh Meri sebagai ajang temu anggota-anggota yang tersebar di berbagai paroki, apalagi kegiatan tersebut mendapat dukungan Pastor Paroki Kumba.”Saya menggagas reuni tahunan itu dulu, supaya sebagai legioner, agen pastoral, kita tahu apa yang menjadi kebijakan lokal Bapa Uskup. Sehingga, acara reuni itu selalu dihadiri oleh Bapa Uskup untuk memberi sambutan di awal acara,” ujar Meri.
“Prinsip saya, kalau saya tetap sehat, diberikan tugas apapun, Legio Maria tetap menjadi segalanya. Saya memiliki banyak kelemahan, tetapi kalau Tuhan mau pakai, saya selalu siap. Sehingga pada bulan Oktober tahun lalu ketika sya diminta menjadi wakil ketua Komisium, saya terima dengan senang hati sebagai bagian dari pelayanan untuk Tuhan dan Bunda Maria. Saya terus berjuang agar di Paroki lainnya Legio Maria ada dan yang sudah ada tetap bertahan dan bertambah anggotanya, hidup dalam semangat sebagai seorang legioner di tengah dunia yang memang penuh tantangan ini,” ungkapnya.
Menuju 1 Abad Legio Maria yang mengambil tema Fiat Voluntas Tua, tiga komisium yang ada di Keuskupan Ruteng, yakni Komisium Ratu Damai (Ruteng), Komisium Bunda Penolong Abadi (Borong) dan Komisium Stella Maris (Labuan Bajo), kuria-kuria dan presidium-presidium yang ada telah menyiapkan sejumlah kegiatan, seperti pemutahiran data keanggotaan di semua paroki, program perluasan Legio termasuk perlomaan kuis antar kuria.
Karena sedang berada dalam suasana pandemi Covid-19, kegiatan puncak 1 Abad Legio Maria yang akan dilaksanakan di Paroki Katedral hanya dirayakan satu hari saja, pada 7 September mendatang, diawali seminar rohani Maria pada pagi hari dan Perayaan Ekaristi pada siang hari dipimpin Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat Pr berlanjut resepsi bersama dengan mengikuti protokol kesehatan ketat dan peserta yang dibatasi.
Acara ini juga dipadukan dengan peringatan Tahun Santu Yosef, sehingga tema khusus yang diangkat adalah Keluarga Nazaret adalah Patron atau Model Ketaatan dan Kesetiaan Kepada Allah. Data sementara tercatat, Komisium Ruteng saat ini memiliki 11 presidium dengan lebih dari 650 anggota, Labuan Bajo 6 presidium berjumlah 450 anggota dan Borong 8 presidium memiliki 520 anggota. (Jimmy Carvallo)