Reyna Hamboer : Wanita Kaya Pengalaman dan Multi Talenta

Nama Agustina Leonarda Katharina Hamboer, yang selalu disapa Ibu Reyna tidak asing di jagat bisnis kuliner Kota Ruteng, Manggarai, NTT. Dia selalu menciptakan inovasi, tidak sekedar membangun impian, tapi berani mewujudkannya sembari tekun dan ulet. Ia wanita yang pantang mundur ketika ingin mengerjakan sesuatu meski tantangan menunggu di depan.

Mengelola Rumah Makan di tengah kompetitifnya dunia kuliner selalu tak lantas membuatnya cepat berpuas diri. Ia pandai membaca peluang pasar pecinta makanan spesial dan berhasil menyodorkan aneka menu yang menjadi favorit.

“Saya dari kecil sudah suka makanan. Oma saya orang Manado suka masak dan buat kue-kue. Bakat kuliner dan kesukaan makanan itu lalu terbawa sampai saat di Jakarta. Lahirlah Lompong Cama di Jakarta ” ucap Reyna, 58 tahun.

Saya bertandang ke Rumah Makan “Selera Kita 89” special Chinese Food miliknya, yang terletak di Jalan Motang Rua no 27 di Mbaumuku, Ruteng, awal pekan ke 3, November 2022 siang. Semua menu oriental dikerjakan oleh chef yang berpengalaman. Kenapa memilih nama Selera Kita 89?

“Awalnya saya mulai dengan Rumah Makan Lompong Cama (Makan Bersama). Terinspirasi dari kisah Perjamuan Kudus, makan bersama antara Yesus dan murid-murid. Hidup bermakna kalau kita berbagi. Nama Selera Kita 89 saya piilih dengan harapan akan disukai banyak orang selamanya,” cerita Reyna.

Wanita berzodiak Leo kelahiran Ruteng, 18 Agustus 1964 ini merupakan putri dari Bupati Carolus Hamboer. Bupati pertama di Manggarai. Bakat kulinernya ada sejak tinggal di Jakarta.

Sedangkan kesukaannya pada makanan sejak ia masih kecil ketika Omanya yang berdarah Manado sering menyuguhkan makanan yang enak buatannya, baik kue maupun makanan berat.

Tahun 1980, setamat SMP Putri Santa Maria di Ruteng, ia pindah ke Jakarta melanjutkan SMA di PSKI Budaya. Kesukaannya pada makanan semakin nampak setelah pindah ke Jakarta.

Ibu dari 3 orang anak ini, melanjutkan pendidikan ke Universitas Katolik Atmajaya Jalan Jendral Sudirman Jakarta Selatan, biasa disebut kampus Semanggi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) jurusan Bahasa Inggris.

Setelah kuliah, ia bekerja di perusahaan Proconfo yang terletak di Jalan Jendral Sudirman, yang bergerak di bidang Meeting Planer (perencana acara) and Professional Conference/Event Organizer. Setelah 2 tahun lebih di sini, ia bepindah kerja di Indomobil Group di divisi Susuki Mobil.

18 tahun ia bekerja di perusahaan automotif ini. Dari sekretaris Direktur Marketing, berpindah ke bagian marketing khususnya pemasaran advertising (mengurus iklan televisi, radio, media cetak dan event-event in door dan out door).

Ia lalu pindah ke bagian Government Sales menangani penjualan ke berbagai instansi pemerintah, dealer-dealer dan kantor-kantor Kedutaan Besar. “Saya belajar disiplin kerja, loyalitas, tanggung jawab dari manajemen orang Jepang. Karena perusahaan ini join venture antara Jepang dan Indonesia,” kenang Reyna.

Selama di Jakarta, Reyna banyak mengikuti event karena didukung hobi/talentanya, seperti konser-konser musik di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Ia bergabung di kelompok paduan suara lintas-agama dan sering pula menjadi penyanyi solis di aneka acara, termasuk menjadi MC.

Ia juga merintis usaha florist (bisnis merangkai bunga hidup) yang diberi nama Gracia Florist di bilangan Pengadegan Kalibata Jakarta Selatan dan membuka usaha catering.

Sejak di Jakarta, anak ke 9 dari 10 bersaudara ini, juga berbagi waktu aktif di Gereja sebagai pemazmur, komentator, koor, dirigen dan lektor. Sejak masih Sekolah Dasar ia terbiasa tampil di depan banyak orang. Bakat menyanyinya pun sudah muncul sejak usia kecil.

Saat itu, di beberapa perlombaan pop singer ia ikut tampil. Selalu masuk 3 besar. Ia juga pegiat seni, aktif di teater dan pernah beberapa kali tampil main drama dan fragmen di TVRI ketika televisi swasta belum lahir.

“Saya lebih ditempa sejak bergabung di Muda-Mudi Katolik (Mudika) Gereja Santu Yosef Matraman, Jakarta Timur. Saat itu, saya masih bersekolah di SMA, tapi sudah aktif di Mudika. Di Mudika, saya sering mendapat tugas untuk tampil di depan umat,” kisahnya.

Setelah 32 tahun tinggal di ibu kota negara, sekolah dan bekerja di sana ia merasa terpanggil pulang ke kampung halaman di Ruteng. Suaminya, Kanys Syukur Leten saat itu bekerja di sebuah bank swasta, diajaknya berdiskusi.

“Ada semacam pergumulan dalam hati. Hampir setengah lebih dari usia saya. berada di Jakarta. Saatnya harus kembali ke kampung halaman. Ini bukan keputusan yang mudah tapi membutuhkan nyali untuk berani bahkan juga nekat. Apalagi kami sudah nyaman di Jakarta. Artinya, kami harus keluar dari zona nyaman atau comfort zone,” kisahnya.

Tahun 2012 bersama keluarga, Reyna lalu kembali ke Ruteng. Mereka mulai merintis usaha baru. Mulai dari nol, namun dirasakan membahagiakan. Mereka membuka usaha Toko Kompiang Lompong Cama di Jalan Katedral nomor 11 Ruteng.

Usaha ini terus berkembang ke arah kuliner. Dia meneruskan lagi Rumah Makan Lompong Cama yang tahun 2007 lahir di Jalan Matraman Raya, Jakarta Timur. Sejak itu, bisnis kulinernya terus berkembang hingga kini melahirkan varian baru yaitu rasa oriental atau masakan China dengan nama “Selera Kita 89.”

Reyna adalah sosok perempuan Manggarai yang tidak kenal menyerah pada semua impiannya. Pantang mundur ketika sudah mulai melakukan suatu usaha. “Mumpung masih ada waktu, saya ingin secepat mungkin bisa bermanfaat bagi sesama melalui talenta yang Tuhan sudah berikan. Supaya hidup ini tidak sia-sia, karna hidup ini bermakna jika kita bermanfaat bagi orang,” tuturnya.

Di Kota Ruteng, ke mana saja ia bepergian, selalu ia menyetir sendiri mobil Inova miliknya. Ia begitu mandiri. Juga tegar dan berpegang teguh pada prinsip kemandirian, termasuk wanita harus mandiri secara finansial.

Perempuan mesti berani mengembangkan bakat atau talentanya agar mencapai kebebasan finansial. Tidak bergantung sepenuhnya pada suami.

“Hidup mesti bermanfaat bagi orang lain. Talenta harus berbuah dan hidup kita seyogyanya menjadi berkat bagi orang lain. Sekecil apa pun. Ketika kita banyak berbuat kebaikan, maka kebaikan dan kemurahan akan selalu mengikuti kita. Bukan hanya secara materi, juga non materi seperti berkat kesehatan, pertemanan,” cerita Reyna.

Ia melakukan semua aktivitas hidupnya sebagai bentuk rasa syukur dan tanggung jawab terhadap talenta yang Tuhan berikan padanya. “Hidup ini hanya sementara dan nafas itu hanya pinjaman, seperti kata orang. Begitu pun talenta, semua hanya titipan Tuhan yang terus kita kembangkan,” ucapnya.*