Oase

Sehari Setelah Patung Maria Ditemukan Terapung di Laut Lembata

JimmyCarvallo.com – Sejak kemarin, 24 November 2021 tersiar kabar di jejaring media sosial dan media online di NTT tentang penemuan patung Maria yang sedang terapung di lautan lepas. Video pendek kisah detik-detik patung ini diangkat dari air laut pun telah dibagi lebih dari seribu kali dalam beberapa jam saja setelah peristiwa terjadi.

Kisah ini memang unik, karena tidak lazim, patung Maria mengapung di laut dan ditemukan. Kecanggihan teknologi komunikasi, telah memudahkan penyebaran berita dan kejadian apa saja. Dalam hitungan detik fenomena ini menyedot perhatian banyak orang, diperbincangkan dan menggugah iman tidak sedikit pengguna medsos.

Ketika matahari mulai bersinar terang dan perlahan mendaki dinding langit di ufuk timur, Kamis, 25 November 2021 pagi, sekitar pukul 8 saya menelpon dan ngobrol cukup lama dengan Rudy Keraf, lelaki yang memiliki hobi mancing ikan yang menemukan patung Maria tersebut sehari sebelumnya. Sahabat jurnalis saya di Lembata, Fince yang menghubungkan saya dengannya.

Rudy saat akan mengangkat patung Maria yang terapung di perairan laut Lewoleba, Lembata.

Rudy Keraf, pria berusia 48 tahun, penduduk Kota Baru, Kelurahan Lewoleba Tengah yang memiliki hobi mancing ikan sejak masih kecil, tidak menduga kalau kemarin, Rabu 24 November akan menjadi hari yang tidak saja berbeda tapi juga berkesan baginya dari hari-hari yang dijalani selama ini.

Ia berkisah, kemarin selepas subuh, sekitar pukul setengah enam, sebagaimana biasa saat akan bepergian memancing ikan, ia selalu menuju pasar pagi membeli umpan-umpan yang akan dipakai mancing dan selanjutnya menuju dermaga.

Bersama dua orang teman pemancing ikan yang telah menantinya di Pelabuhan Jeti, Lewoleba, mereka lalu menyisir lautan menuju arah barat menggunakan bodi perahu (perahu motor) 2GT milik Rudy. Ia yang mengemudikan bodi perahu.

Sementara dua teman lain, Hen Gowing dan Marsel, duduk di belakang, tak jauh darinya. Ada banyak teman lain yang biasanya bergantian, menemani Rudy memancing, namun hari itu, Hen dan Marsel yang ikut bersamanya.

Tiba di Pelabuhan Jeti, Lewoleba, Safrudin, seorang Muslim sahabat Rudy Keraf menjemput dan memakaikan selembar kain pada patung Maria

Lima belas menit lepas dari pelabuhan yang masih sepi, di lautan lepas, tiba-tiba pandangan Rudy tertuju pada sebuah benda yang terlihat mirip seonggok kayu kecil terapung di kejauhan.

Sempat sesaat tak menghiraukannya, ayah dari 6 orang anak ini pun merasa penasaran. Bodi perahu yang sedang melaju bebas ke arah spot pemancingan di Waijarang lalu dibelokannya ke arah “kayu” terapung itu.

“Biar masih cukup jauh, tapi saya ada rasa tertarik dengan “kayu” itu. Saya lalu putar arah perahu mendekat dan kaget. Saya teriak, Aduh, Bunda Maria ini. Saya beritahu ke dua teman yang ikut sama-sama. Saya lalu ambil handphone dan buat siaran langsung di Facebook saya,” kisah Rudy.

Tak berapa lama, saat bodi perahu telah dekat pada patung Bunda Maria, Rudy lalu memberikan ponselnya kepada salah seorang teman, dan perlahan-lahan diangkatnya patung itu dari air laut ke dalam perahu.

Patung setinggi 1,20 sentimeter merupakan replika patung Maria dari Fatima. Fatima adalah sebuah desa kecil di wilayah Portugal, di mana pada tahun 1917 Bunda Maria datang menampakan diri kepada 3 anak gembala selama 7 kali sepanjang Bulan Mei sampai Oktober di Bukit Cova da Iria.

Usai meletakan patung Maria dengan baik di perahu, ketiganya lalu memutuskan tetap melanjutkan perjalanan menuju tempat pemancingan di Waijarang. Dalam perjalanan membelah lautan biru, Rudy sempat menelpon salah seorang anaknya meminta agar mengurus adiknya yang akan ke sekolah.

Di rumah Rudy, patung Maria mendapat kunjungan warga silih berganti untuk berdoa.

“Saya juga bilang, coba engkau buka HP lihat bapa ada live di Facebook. Kemudian, satu persatu teman, keluarga juga telpon saya. Mereka bilang, pulang sudah karena ada banyak orang sudah tunggu Bunda di pelabuhan,” kata Rudy, mengenang peristiwa tak terlupakan itu.

Tak lama memancing ikan, setelah telepon masuk berulang-ulang ke ponselnya, Rudy pun mengajak dua temannya, menggulung tali senar mancing dan menarik jangkar. Pulang ke pelabuhan.

Disambut Banyak Orang
Saat jarum jam merapat ke pukul 12, setelah hampir satu jam berlayar memecah buih menuju Pelabuhan Jeti, saat tiba Rudy tercengang. Ada lebih dari seratusan orang telah ramai menunggu kedatangan mereka yang membawa serta patung Maria.

Safrudin, yang akrab dipanggil Nasar, salah seorang temannya yang beragama Islam bergegas turun ke perahu menjemput patung Maria. Nasar mengalungkan selembar kain (selendang tenun dalam bahasa setempat) dan membawa patung tersebut ke pelabuhan.

Bersama seratusan orang yang sedari tadi setia menunggu di pelabuhan, Nasar lalu mengantar dan meletakan patung Maria ke dalam mobilnya selanjutnya mengarak Sang Bunda menuju rumah Rudy bersama para pengantar lainnya yang merayakan dengan gembira peristiwa penemuan patung Maria terapung di lautan.

Sejak tiba di rumah Rudy, kemarin siang, banyak orang silih berganti datang berdoa dan melihat dari dekat patung Maria yang ditemukan 3 orang pemancing itu. Saya sempat bertanya kepada Rudy, sampai hari ini apakah ada yang secara khusus datang menemuinya, menyampaikan bahwa patung itu milik seseorang?

“Ada beberapa orang yang datang, sempat bilang patung ini mereka punya. Mereka bilang mirip dengan patung Maria milik mereka yang hilang, tapi kemudian mereka ragu karena di patung Maria ini ada Rosario yang mengalung di bagian leher, yang mereka punya tidak ada Rosario yang dikalung seperti itu,” kata Rudy.

Rudy bercerita, ketika diangkat dari air laut, sudah ada sebuah Rosario yang melilit di bagian leher patung Maria. “Patung ini, mereka bilang mirip sekali dengan yang mereka punya. Semuanya sama persis dengan punya mereka yang hilang. Keluarga itu meletakkan patung Maria yang mirip ini di kubur keluarganya yang dikelilingi pagar di Lewoleba. Tapi, mereka bilang mereka punya, Rosarionya tidak ada,” kata Rudy.

Setidaknya, penemuan Patung Maria yang terapung di lautan Lewoleba ini telah menjadi pusat perhatian dan buah bibir banyak orang di Pulau Flores sejak kemarin. Dari mana dan milik siapa patung Maria Fatima yang bermahkota salib tersebut, masih menjadi tanya tanya yang pasti akan terjawab. Di Pulau Flores, sosok tokoh Bunda Maria memang telah lama menyatu dengan iman umat Katolik.

Devosi (penghormatan) umat Katolik kepadanya mendapat tempat yang khusus dan khusyuk. Di sepanjang daratan Pulau Flores, ada banyak gereja yang diberi nama pelindung Maria. Demikian juga ratusan gua dibangun sebagai tempat ziarah rohani yang selalu didatangi banyak orang untuk berdoa Rosario dari waktu ke waktu. (Jimmy Carvallo)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button