
JimmyCarvallo.com– Nama Simprosa Rianasari Gandut, S. AP kerap disapa (Ibu) Osy Gandut tidak asing lagi di tengah masyarakat Kabupaten Manggarai, bahkan Manggarai Raya, khususnya juga di dapil tempatnya maju, Langke Rembong. Di usianya yang ke 51 tahun, wanita kelahiran Ruteng, 6 September 1970 ini telah memecahkan keraguan umum masyarakat, bisakah perempuan bertahan di panggung politik dalam waktu yang cukup lama?
Empat periode menjadi Wakil Rakyat di DPRD Kabupaten Manggarai, dan kini menduduki jabatan pimpinan DPRD sebagai Wakil Ketua I bukanlah prestasi politik biasa. Di dalamnya, tersirat pesan penting lagi nyata tentang ketekunan, kerja keras, kemandirian, keuletan, loyalitas, dedikasi, nyali yang besar dan kehendak yang kuat. Selebihnya, seperti yang diyakininya tanpa ragu sedikitpun, penyelenggaraan Tuhan yang membuatnya bisa seperti sekarang.
Dia satu-satunya srikandi politisi di Manggarai Raya yang jenjang karier politiknya ditapaki satu persatu dari tangga terbawah, terus melangkah dengan percaya diri, didukung suami, anak-anak dan keluarga besarnya, ditopang para sahabat, relawan dan konstituen di dapilnya berasal, dan mencapai tangga puncak sebagai politisi Partai Golongan Karya (Golkar) yang cemerlang.
Cemerlang. Pertama, karena dia adalah sosok perempuan. Ketika masih banyak kaumnya cenderung memposisikan diri berjarak dengan dunia yang dipenuhi trik-intrik, paradoks, sering hiruk-pikuk dan ramai ingar-bingar tarik-menarik kepentingan dan kadang keras. Kedua, bertumbuh dari bawah, perlahan melangkah dibesarkan dalam dinamika dan tahapan kaderisasi, ia tak menjadi figur yang hanya datang saat menjelang pesta demokrasi lima tahunan, lalu gampang “pergi berlalu” ketika harapan tak tercapai, atau sekedar pelengkap daftar nama surat suara.

Ketiga, ketika warta emansipasi masih sering berbenturan dengan kokohnya dinding tradisi patriarki, perempuan masih sering sulit ke luar dari kubangan kuasa kaum lelaki dan diragukan kemapuannya beradaptasi dan bertahan di dunia yang sering digandrungi kaum Adam, dia membuktikan premis itu tak selalu benar adanya. Sosok Osy Gandut lalu, menjadi pengecualian, sebagai perempuan Manggarai Raya yang sukses eksis di rimba raya perpolitikan dan kepemimpinan. Ia telah menyalakan api emansipasi (gender) yang ikut “membakar” semangat dan membangkitkan kesadaran, rasa percaya diri kaum Hawa lainnya.
Mengenakan baju lengan panjang berwarna kuning, seragam dengan warna masker yang menutupi sebagian wajahnya di tengah ketatnya penerapan protokol kesehatan 3M di area Kantor DPRD Kabupaten Manggarai, Jalan Diponegoro, Ruteng, Pulau Flores, NTT, Osy nampak gembira menyambut saya saat memasuki ruangan kerjanya sebagai Wakil Ketua I di DPRD Manggarai.
Siang itu, Rabu, 16 Februari 2022, ia nampak ceria. Keramahan dan kelembutannya bertutur kata membuat perjumpaan saya dengannya yang spontan terjadi, terasa penuh warna keakraban dan jauh dari kesan formal atau elitis, sekalipun obrolan mendadak tanpa janji itu hanya terjadi dalam hitungan menit melaui pesan WhatsApp.
Osy mengisahkan, saat usia 15 tahun, ketika masih duduk di bangku kelas 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I Langke Rembong, telah mulai mengikuti sejumlah kegiatan di Partai Golongan Karya (Golkar). Kala itu, lanjut ibu dari 3 orang putra ini, ia tak sekedar menjadi seorang remaja penggembira berkat talenta suara emasnya yang menghibur banyak orang, namun juga perlahan menjadi tertarik belajar berorganisasi (politik) karena seringnya berjumpa tokoh-tokoh Golkar dalam setiap hajatan partai.
Sejak usia TKK, pemilik zodiak Virgo ini telah memiliki bakat menyanyi dan berbekal suara merdu yang dimiliki telah melambungkan namanya sebagai penyanyi cilik. Di TKK Rosa Mistica Wae Rana, Kota Komba, Osy seakan tak terpisah dengan hobi menyanyi dan menari yang menjadi kesukaannya, hingga di kemudian hari, ia pun dikenal sebagai biduanita Manggarai hingga kini.

“Sejak TKK itu, saya selalu diberi kesempatan untuk tampil menyanyi. Di jaman Orde Baru dulu, di semua acara kampanye yang di gelar oleh Partai Golkar, selalu saya yang diminta untuk menyanyi di seluruh Manggarai Raya. Dulu, masih satu, Kabupaten Manggarai, belum pemekaran seperti sekarang. Di pelososk-pelosok kecamatan saya selalu tampil di panggung bernyanyi untuk meriahkan kampanye dan acara-acara Golkar,” kenang Osy.
Osy remaja pun jatuh cinta pada Partai berlambang Pohon Beringin. Rupanya tak hanya karena seringnya dia bernyanyi saat event-event partai tersebut dan sering berjumpa sambil menyimpan rasa kagum melihat para sesepuh Golkar saat itu, yang juga membuat hatinya tertambat, tak bisa jauh dari Golkar adalah, ayahandanya juga seorang Golkar tulen.
Ayahnya, Kletus Gandut yang berprofesi sebagai guru, juga tercatat sebagai salah seorang tokoh pejuang Golkar di masa Orde Baru. Pernah mengajar sekolah di Sita, Sang Ayah lalu menjadi penilik sekolah di Kota Komba (sekarang masuk dalam wilayah Kabupaten Manggarai Timur) dan memasuki masa pensiun dalam tugas terakhir sebagai penilik sekolah di Kecamatan Lembor (sekarang masuk dalam wilayah Kabupaten Manggarai Barat).
Baca Juga : Komunitas Kerahiman Ilahi Paroki Kumba, Dari Doa Menuju Pelayanan
Baca Juga : Agus Wisang, Kisah Seorang Pendidik, Pelukis dan Pencinta Maria
Baca Juga : Menulis, Menukik Lebih Dalam
Berbekal suara emasnya, takdir seakan mempertemukan Osy remaja dan Partai Golkar. Perjumpaan itulah yang mengubah arah hidupnya di kemudian hari sampai sekarang, tetap chemistry dengan Golkar dalam suka dan duka, dalam impian dan harapan. Ia pun merasa mulai ikut dibentuk oleh Golkar, sehingga kepribadiannya sebagai seorang remaja mulai diasah dengan kedisiplinan, kemandirian dan terutama rasa percaya diri yang lebih unggul.
“Karakter saya ikut dibentuk karena kedekatan saya dengan Golkar dulu. Sehingga saya bisa jadi seperti ini sekarang, ya, semua berawal dari perjumpaan dengan Partai Golkar,” kata Osy. Ia ikut bertumbuh di bentang sejarah perjalanan Golkar di Manggarai pada masa kepemimpinan para sesepuh seperti Herman Djegaut, Martinus Adur dan Cosmas Djalang.
“Mereka semua para senior yang ikut membentuk dan membesarkan kecintaan saya pada Partai Golkar dan politik. Artinya, saya bukan kader yang abal-abal di Golkar. Saya di Golkar mulai dari nol, datang dari bawah. Karena dulu, selain menyanyi kami juga ikut membantu di sekretariat Partai Golkar yang dulu masih berlokasi di Toko Gloria,” tambah Osy.

Menjadi penyanyi di Partai Golkar sekaligus aktif sebagai relawan, membuat karakter politik wanita ini mulai terbentuk sejak masa remaja. “Maka, karena sudah lama sekali menyatu, saya merasa tidak berlebihanlah kalau saya ada yang beri julukan neneknya Golkar di Manggarai untuk usia saya dan sampai saat sekarang ini. Bahkan, kalau Tuhan ijinkan darah saya bisa berubah warna, maka warna kuning pun saya terima dengan senang hati….,” kisah Osy sambil tertawa, mengenang perjalanan panjangnya di Partai Golkar.
Setamat dari SMA Negeri I Langke Rembong di Ruteng, karena keadaan ekonomi orang tuanya yang terbilang pas-pasan, Osy mengurungkan niat dan cita-citanya untuk melanjutkan kuliah. Ia faham kesulitan keuangan orang tua saat itu, sehingga memilih untuk sementara belum langsung menempuh pendidikan lanjut di Perguruan Tinggi. Kenyataan yang ada, diterimanya dengan ikhlas.
Padahal, ketika itu, ia telah dinyatakan lulus UMPTN Undana Kupang, namun karena kakak-kakaknya juga sedang kuliah, Osy yang semakin matang dan berdikari, lalu memutuskan untuk tidak kuliah dulu agar orang tuanya tetap fokus membiayai saudaranya yang lain. Ia pun mencoba peruntungan hidup dengan melamar pekerjaan. Osy adalah anak bungsu dari 6 bersaudara. Semuanya perempuan.
Tak butuh waktu berlama-lama, lagi-lagi berkat talenta bernyanyi yang telah melambungkan nama besarnya, Osy lalu diterima bekerja di Kantor Irigasi (bekas Kantor PU yang terletak di Jalan Satar Tacik Ruteng).
“Berkat kebaikan Tuhan, tidak sulit bagi saya dulu dalam mencari pekerjaan. Karena selain menyanyi di acara Golkar, juga sering saya diundang menyanyi di acara lain seperti acara Kantor KPKN, juga di banyak acara lain. Sehingga saya punya banyak sahabat dan kenalan,” kisahnya.
Setelah menjadi anggota lagislatif di DPRD Kabupaten Manggarai, impian istri Daniel Hartono ini untuk kuliah pun terwujud. Ia menyelesaikan studi sarjananya di jurusan Administrasi Publik.

“Tuhan memang luar biasa. Internal Partai Golkar, misalnya. Pimpinan DPRD tahun 2014 dulu, ada sejumlah persyaratan, salah satunya harus berpendidikan strata satu. Nah, pada Bulan Maret 2014 itu, saya sudah bisa selesaikan kuliah dengan baik. Tiga setengah tahun saya selesaikan. Tuhan begitu baik, Dia beri pertolongan di waktu yang tepat,” tutur Osy.
Hikmah Perjuangan dan Kesabaran
Tahun 2000, pelantun tembang Tenang Tana ini diajak untuk menjadi pengurus Partai Golkar di Manggarai. Saat itu, belum dilakukan pemekaran Kabupaten Manggarai Timur. Dalam struktur kepengurusan Partai Golkar, Osy menjabat sebagai Ketua KPPG, organisasi sayap Partai Gokar khusus untuk perempuan.
Tak lama berselang, pada tahun 2002, jabatan baru disematkan padanya sebagai pimpinan, yakni Ketua Pimcam (Pimpinan Kecamatan) Golkar Kecamatan Langke Rembong. Dengan tugas dan tanggung jawab besar yang diembannya, maka tahun 2004 ia ditunjuk dan dipercayakan menjadi calon anggota legislatif (caleg) dari Dapil Langke Rembong – Satar Mese.
Sebagai caleg bernomor urut 5 saat itu, tentu membutuhkan kerja keras dan ketahanan fisik dalam kerja-kerja politik “turun gunung” menjumpai para pemilih hingga ke pelosok desa atau kampung yang berjauhan. “Belum ada perempuan yang aktif di organisasi politik waktu itu. Karena mekanisme nomor urut masih menjadi aturan Pemilu Legislatif, maka walaupun saya mendapat suara terbanyak, tidak bisa duduk di kursi dewan DPRD Manggarai,” cerita Osy mengenang kembali perjuangan politik pertamanya di ajang Pileg, dapil dengan 4 kursi legislatif.
Ketika tahun 2007 dilakukan pemekaran Kabupaten Manggarai Timur, dalam masa tugas DPRD periode 2004-2009, wanita pemilik zodiak Virgo tersebut mendapat kesempatan moment bersejarah sebagai anggota DPRD PAW menggantikan kolega legislatornya sesama Partai Golkar yang berpindah ke DPRD Manggarai Timur. Terhitung sejak itu hingga kini, Osy telah empat periode menjadi wakil rakyat di DPRD Kabupaten Manggarai.

Di Pemilu 2009, dia tercatat masih menjabat sebagai pimpinan Golkar Kecamatan Langke Rembong. Dengan jabatan ini, partainya kembali memberi penugasan agar tetap maju sebagai calon legislatif dari dapil yang sama. Dan dukungan suara terhadapnya semakin signifikan berkat kerja-kerja politik yang baik, sehingga ia pun kembali duduk menjadi anggota DPRD Manggarai.
Pada perhelatan Pemilu Legislatif 2014, Osy telah menempati posisi bergengsi di struktural Partai Golkar yakni sebagai Sekretaris DPD Golkar Kabupaten Manggarai. Dia pun kembali mendulang banyak suara dukungan rakyat yang memilihnya di Dapil Langke Rembong dan sesuai AD/ART Partai Golkar, sebagai partai pemenang ke 3, dia diberi penugasan menjabat sebagai salah satu pimpinan DPRD Manggarai periode 2014-2019 yakni Wakil Ketua II.
Dalam masa kepemimpinannya sebagai Wakil Ketua II DPRD Manggarai, pada tahun 2015, karena ketua Golkar Manggarai mangkat, maka dilangsungkan Musdalub dan Osy ditunjuk sebagai Ketua DPD Partai Golkar. Tahun berikutnya, 2016, perhelatan acara Musda Golkar Manggarai berlangsung meriah di Ruteng dan kembali dia terpilih sebagai Ketua Golkar defenitif yang dijabatnya sampai tahun 2020.
“Saya selalu melihat semua peristiwa hidup saya, termasuk karier politik di Partai Golkar dari kaca mata iman. Tidak di luar itu. Karena saya yakin, ketika ini semua dalam rencana Tuhan, maka saya juga mendapat kekuatan ketika saya diterpa badai. Saya tahu, ini jalan yang dikehendaki Tuhan yang harus saya lewati. Walaupun sulit, susah, kadang menyakitkan. Tapi, ketika saya yakin Tuhan menyuruh saya lewati ini, maka saya akan lewati. Menerima semua itu sebagai berkat,” kata Osy.

Di situlah letak dasar kekuatan seorang politisi perempuan yang telah malang-melintang di jagad politik Tanah NucaLale. Bagi Osy, tidak ada yang tidak bisa di”terjang” ketika Tuhan berjalan bersamanya dan menunjukkan arah mana yang harus dilewatinya sebagai seorang wanita pejuang di jalan politik.
Menjaga Etika Politik
Kebesaran jiwa dan kecintaannya pada kebesaran dan masa depan Partai Golkar dia tunjukkan ketika berlangsung peralihan tongkat estafet kepemimpinan Partai Golkar periode selanjutnya. Osy teruji layak mendapat predikat sebagai politisi terpuji baik oleh waktu maupun sikap “batin” sebagai seorang politisi yang rendah hati. Ia mendukung regenerasi, kaderisasi dan tidak berambisi pada obsesi dan jabatan semata.
“Etika politik tetap saya jaga. Itu yang menjadi fondasi yang tetap saya pegang teguh sampai detik ini sebagai seorang kader dan politisi Partai Golkar. Loyalitas pada Partai itu penting, apa pun yang menjadi perintah partai, sebagai kader kita wajib taati,” katanya sambil tersenyum.
Ketika banyak politisi sulit move on dari kerasnya riak-riak politik yang memang sulit dikalkulasi secara matematis, bagi Osy, tidak ada yang mesti ditarik-ulur sebagai mempertahankan posisi politik. “Semuanya, saya selalu yakini, ada dalam rencana, kehendak dan penyelenggaraan Tuhan. Saya prinsipnya, mendukung siapa saja untuk membesarkan Golkar ke depan. Yang pahit dan manis itu semua dierima sebagai rancangan Tuhan bagi saya,” tambah Osy.
Sebagai kader Partai yang militan, lanjut Osy, apapun yang menjadi perintah partai, demi kebesaran dan masa depan partai, dirinya selalu siap mengemban perintah atau amanat yang diberikan. Di politik, Osy mafhum, dinamika tak pernah berhenti mengayun irama demokrasi internal parpol-parpol, tak hanya diwarnai “resonansi” terkadang benturan menjadi keras lalu berubah lembut sesuai kondisi iklim (tarik-menarik) kepentingan dan pasang-surutnya impian para politisi yang ada di dalamnya.
“Di politik biasalah begitu. “Bunuh membunuh” itu biasa,” tuturnya. Ia bersyukur bisa melewati semuanya dengan baik, sembari belajar memperteguh konsistensi sikap bahwa etika politik tetap harus dikedepankan dalam setiap sikap dan perbuatan.
Mengingat peran sebagai wakil rakyat implisit juga menyiratkan pesan penting bahwa para politisi adalah public-figure yag juga terbuka dinilai masyarakat walaupun dengan beragam tanggapan atau respon.
Menuju DPRD NTT
Masih dua tahun lebih gelaran Pemilihan Legislatif akan dilangsungkan, di tengah masyarakat para politisi lama dan pendatang baru sudah nampak mulai bergerilya memperkenalkan diri dan bekerja melebarkan kantong-kantong suara yang ada . “Pileg 2024 nanti tetap maju?” tanya saya ingin tahu sikap politiknya menjelang pesta demokrasi 2024. “Saya maju ke DPRD Provinsi. Saya selalu berprinsip anggota DPRD itu sebenarnya pesuruhnya masyarakat. Letang temba laro jaong (penyambung lidah, Pen.),” ucapnya.

Siapa yang mendorong ke DPRD Provinsi, atas inisiatif sendiri? Tanya saya lagi, ingin tahu lebih jauh.”Golkar memerintahkan saya ke DPRD Provinsi. Dan saya menerima. Di Golkar itu kan ada pengkaderan. Saya sendiri juga, secara pribadi mendukung itu. Harus ada pengkaderan. Contoh praktisnya, ketua Golkar sekarang (DPD Manggarai, Pen.). dia itu kan kader saya. Karna dulu dia sekretaris. Saya kaderkan dan sekarang dia menjadi Ketua Gokar Manggarai,” kata Osy.
Dia optimis, nantinya bisa mendapatkan kursi DPRD NTT. Pengalamannya empat periode menjadi fighter perempuan di medan perang merebut suara rakyat menjadi pengalaman penting dan berharga. “Kalau dibilang berjuang sampai kepala ke bawahm kaki ke atas juga bisa. Sudah biasa begitu karena ini kan perjuangan memenangkan aspirasi dan dukungan masyarakat,” kisahnya.
Namun, ia tetap berkeyakinan semuanya hanya bisa berhasil kalau direstui oleh Tuhan. “Prinsip saya yang paling dasar adalah bagian yang bekerja itu saya, kami semua di tim, sedangkan hasil kerja itu, bukan kuasa saya lagi, tetapi kuasa Tuhan yang bekerja. Sehingga, ya kami bekerja saja seperti biasa, tetapi optimis tentu. Ini semua butuh kerja keras, hasilnya saya serahkan kepada Tuhan,” ucapnya menambahkan.

Dia mencontohkan, jumlah penduduk Manggarai yang banyak sebenarnya tidak sebanding dengan jumlah kursi di DPRD yang ditempati 35 wakil rakyat. Sebagai representasi atau utusan dari Dapil Langke Rembong, misalnya, lanjut Osy, dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya, bukan merupakan hal yang luar biasa, tetapi beban yang harus dikerjakan karena membawa harapan (aspirasi) keinginan masyarakat yang diwakilinya.
“Sehingga dalam tuntunan Tuhan, saya benar-benar melakukan tugas pokok dan fungsi saya sebagai anggota DPR, selalu berupaya berada bersama masyarakat. Berada di lembaga politik seperti DPRD ini memang punya tantangan tersendiri, tetapi saya selalu menjalani itu semua dengan selalu mengimani bahwa biarkan Tuhan yang ikut menyelesaikan semuanya dengan baik.”
Pada dua pesta demokrasi Pilkada terakhir (2015 dan 2020), nama Osy tak luput dari buah bibir dan diskusi banyak orang. Sebagai sosok perempuan yang dinilai layak di dorong maju ke bursa calon eksekutif di Kabupaten Manggarai, ia digadang-gadang, ikut ‘dibongkar-pasang” oleh sejumlah kelompok peminat demokrasi bahkan masuk dalam radar survey parpol. Namun, ia terlihat lebih sering memilih irit berkomentar.
“Di internal Golkar waktu itu memang memerintahkan saya untuk maju melalui Wakil Ketua Pemenangan Pemilu wilayah Indonesia Timur, Pak Melki Mekeng. Maju apakah sebagai bupati atau wakil. Waktu itu, yang terakhir lebih mengarah kepada wakil bupati. Tapi, karena setelah ada beberapa pertimbangan dengan partai setelah berdiskusi, masukan dari tokoh-tokoh masyarakat termasuk salah satu calon bupati, saya kemudian memutuskan mundur dari rencana pencalonan,” ucap Osy.
Setelah ia bulat memutuskan mengundurkan diri, di kemudian hari Golkar lalu mengeluarkan rekomendadi SK dukungan kepada Paket Heri-Hery (H2N) dalam Pilkada Manggarai 2020. Di panggung-panggung kampanye Pilkada 2015 lalu, Osy pun sering terlihat berapi-api, berorasi dengan suara lantang berkampanye untuk Paket HEAD (Hery-Adolf), membangkitkan simpati dan dukungan bagi keduanya.(Jimmy Carvallo)